Sampai saat ini, Situs Purbakala Sangiran masih menyimpan banyak misteri yang perlu untuk diungkap. Sebanyak 50 (lima puluh) individu fosil manusia Homo erectus telah ditemukan. Jumlah ini mewakili 65 % dari fosil Homo erectus yang ditemukan di seluruh Indonesia atau sekitar 50 % dari populasi Homo erectus di dunia (Widianto: 1995, 1). Keseluruhan fosil yang telah ditemukan sampai saat ini adalah sebanyak 13.809 buah. Sebanyak 2.934 fosil disimpan di Ruang Pameran Museum Sangiran dan 10.875 fosil lainnya disimpan di dalam gudang penyimpanan. Beberapa fosil manusia purba disimpan di Museum Geologi Bandung dan Laboratorium Paleoanthropologi Yogyakarta. Dilihat dari hasil temuannya, Situs Sangiran merupakan situs pra sejarah yang memiliki peran yang sangat penting dalam memahami proses evolusi manusia dan merupakan situs purbakala yang paling lengkap di Asia bahkan di dunia. Berdasarkan hal tersebut, Situs Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Dunia nomor 593 oleh Komite World Heritage pada saat peringatan ke-20 tahun di Merida, Meksiko.
Pada tahun 1936, untuk pertama kalinya Von Koenigswald menemukan Mandibula (rahang bawah) Pithecanthropus erectus dan cranium (tengkorak) pada tahun 1937 di tepi Kali Cemoro. Sampai saat ini terdapat lima puluh fosil manusia purba di Situs Sangiran. Sebagai tambahan informasi, takson Homo erectus mengalami tiga tahap evolusi, yaitu Homo erectus arkaik (lebih kekar), Homo erectus tipic (lebih ramping), dan Homo erectus progresif. Hal yang paling mengesankan dari Situs Sangiran adalah kita bisa menemukan lapisan stratigrafis yang tidak terputus sejak kala Pleistosen Akhir hingga akhir Pleistosen Tengah sekitar 2.000.000 hingga 250.000 tahun yang lalu (Widianto: 1995, 1). Bagaimana misteri terjadinya Kubah Sangiran?
Pada awalnya Sangiran merupakan lautan dalam yang kemudian karena adanya tenaga endogen (tenaga yang berasal dari dalam bumi) terjadi pengangkatan dan pelipatan pada permukaan lapisan permukaan bumi. Hal ini dibuktikan dengan adanya Formasi Kalibeng (sekitar dua juta tahun yang lalu), kemudian memunculkan rawa-rawa disusul dengan terbentuknya danau-danau. Pada kala Glasial, permukaan air laut menyusut oleh adanya pembekuan es di Kutub Utara dan muncullah jembatan daratan (Paparan Sunda) sehingga terjadi migrasi manusia dan binatang dari arah Benua Asia. Kehidupan manusia pra sejarah dimulai pada saat endapan danau di Sangiran terbentuk. Hal ini dapat diamati pada Formasi Pucangan kemudian berlanjut sampai saat daratan sudah terbentuk. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya temuan fosil pada lapisan tersebut, baik fosil manusia maupun fosil binatang bertulang belakang dan menyusui.
Lapisan stratigrafi yang ada di Sangiran sangatlah lengkap. Lapisan stratigrafi tersebut mulai dibentuk pada akhir kala Pliosen yang pada saat itu merupakan lingkungan laut dalam (Formasi Kalibeng). Di dalam lapisan lempung biru, selain mengandung foraminifera dan jenis mollusca laut (turitella, arca, nasarius, dan lain-lain) juga ditemukan fosil ikan, kepiting, dan gigi ikan hiu.
Formasi Pucangan (sekitar 1.800.000 – 700.000 tahun yang lalu) merupakan rawa pantai dan di dalam lapisan ini terbentuk endapan diatomit yang mengandung cangkang diatomea laut. Fauna yang dapat ditemukan di lapisan ini antara lain reptil (buaya dan kura-kura), mamalia, rusa, bovidae, gajah, babi, monyet, domba, dan fosil kayu. Lapisan berikutnya adalah grenzbank (700.000 tahun yang lalu), terbentuk karena adanya lipatan di Pegunungan Kendeng sehingga relief baru mengalami erosi dan membentuk endapan konglomerat gamping. Di lapisan ini juga ditemukan fosil mamalia dan gamping koral. Formasi berikutnya adalah Formasi Kabuh (700.000 – 500.000 tahun yang lalu). Formasi ini terbentuk akibat adanya lipatan perbukitan sehingga terendapkan lanau, pasir, pasir besi bersilang siur dengan konglomerat dan batu gamping. Fauna yang dapat ditemukan pada lapisan ini antara lain fosil harimau, antilope, dan gajah. Lapisan ini juga kaya akan fosil manusia Homo erectus. Formasi Notopuro (500.000 – 250.000 tahun yang lalu) dengan litologi breksi laharik dan batu gamping tufaan yang diakibatkan oleh banyaknya aktivitas vulkanik. Di dalam lapisan ini banyak ditemukan artefak batu hasil budaya manusia yang berupa serpih-bilah (sehingga Sangiran dijuluki industri serpih-bilah Sangiran), kapak perimbas, bola batu, kapak penetak, dan kapak persegi.
Koleksi Museum Sangiran
Berikut ini adalah beberapa koleksi yang tersimpan di Museum Sangiran :
Fosil manusia, antara lain Australopithecus africanus (replika), Pithecanthropus mojokertensis (Pithecantropus robustus) (replika), Pithecanthropus erectus (replika), Homo soloensis (replika), Homo neanderthal Eropa (replika), Homo neanderthal Asia (replika), dan Homo sapiens.
Fosil binatang bertulang belakang, antara lain Elephas namadicus (gajah), Stegodon trigonocephalus (gajah), Mastodon sp (gajah), Bubalus palaeokarabau (kerbau), Felis palaeojavanica (harimau), Sus sp (babi), Rhinocerus sondaicus (badak), Bovidae (sapi, banteng), dan Cervus sp (rusa dan domba).
Fosil binatang laut dan air tawar, antara lain Crocodillus sp (buaya), ikan dan kepiting, gigi ikan hiu, Hippopotamus sp (kuda nil), Mollusca (kelas Pelecypoda dan Gastropoda), Chelonia sp (kura-kura), dan foraminifera.
Batuan, antara lain rijang, kalsedon, batu meteor, dan diatome.Artefak batu, antara lain serpih dan bilah, serut dan gurdi, kapak persegi, bola batu dan kapak perimbas-penetak.Menara Pandang dan Wisma Sangiran
Untuk meningkatkan pelayanan kepada para wisatawan, di Kawasan Sangiran telah dibangun Menara Pandang dan Wisma Sangiran. Para wisatawan bisa menikmati keindahan dan keasrian panorama di sekitar Kawasan Sangiran dari ketinggian lewat Menara Pandang Sangiran yang dilengkapi dengan teropong. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan akan tempat penginapan yang nyaman di Kawasan Sangiran telah dibangun Wisma Sangiran (Guest House Sangiran) yang terletak tepat di sebelah Menara Pandang Sangiran. Wisma Sangiran ini berbentuk joglo (rumah adat Jawa Tengah) dengan ornamen-ornamen khas Jawa yang dilengkapi dengan pendopo sebagai lobby. Keberadaan Wisma Sangiran ini sangat menunjang kegiatan yang dilakukan oleh para tamu atau wisatawan khususnya bagi mereka yang sedang melakukan penelitian (research) di Kawasan Sangiran. Wisma Sangiran memiliki fasilitas-fasilitas yang memadai, antara lain : Deluxe Room, sebanyak dua kamar dilengkapi dengan double bed, bath tub dan shower, washtafel, meja rias dan rak ; Standard Room, sebanyak tiga kamar dilengkapi dengan double bed, bak mandi, washtafel, dan meja rias; Ruang Keluarga yang dilengkapi dengan meja dan kursi makan serta kitchen set; Pendopo (Lobby) yang dilengkapi dengan meja dan kursi; serta tempat parkir. Selain fasilitas-fasilitas tersebut, juga disediakan mobil (mini train) untuk memudahkan mobilitas para wisatawan yang berkunjung ke Kawasan Sangiran.
CARA MENCAPAI SANGIRAN
Dengan Pesawat
Dari Bandara Adi Sumarmo (Solo), ambil jalan darat menuju ke Museum Sangiran.
Jalan Darat
Dari Solo â Kalijambe â Sangiran (± 20 km ke arah utara)
Dari Semarang â Purwodadi â Kalijambe â Sangiran
Dari Surabaya â Sragen â Kalijambeâ Sangiran
Dari Yogyakarta â Solo â Kalijambe â Sangiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar